Oleh : febby gracella lusikooy S.Pd (ketua GMKI Palu 2021-2023)
Bagi saya, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) bukan sekadar organisasi , GMKI adalah rahim yang melahirkan, tempat awal kehidupan yang membentuk karakter dan nilai- nilai dalam diri saya. Di balik setiap aktivitas dan pengajaran, ada warisan yang mengalir dalam keluarga saya—kakek, nenek, dan kedua orang tua saya adalah kader GMKI. Melalui interaksi dan keteladanan mereka, saya merasakan panggilan ini bukan hanya sebagai tradisi, tapi sebagai perjalanan spiritual yang menghidupkan semangat oikumenisme dan nasionalisme.
Mengapa Harus Ber-GMKI?
Ketika masih baru di GMKI, saya pernah bertanya kepada ayah saya, “Kenapa saya harus bergabung?” Jawabannya sederhana, tetapi sangat dalam.
“Selain karena GMKI yang mempertemukan keluargamu, ini adalah gerakan yang bermakna. Dulu, Bapak punya teman kader GMKI yang hebat dan cerdas, tapi kini anak-anak mereka asing dengan GMKI, tidak tahu apa itu GMKI atau betapa berharganya gerakan ini. Air mata Bapak jatuh waktu melihat itu. Jangan sampai anak-anak Bapak begitu, tidak kenal gerakan yang berharga ini.”
Kata-kata itu tertanam kuat dalam diri saya, dan saya pun sadar bahwa GMKI bukan hanya untuk saya, tapi untuk generasi mendatang.
Di masa itu, ada momen yang benar-benar membuka mata saya: ketika Bapak berpulang, dan saat petinya diselimuti bendera GMKI, para kader mengiringinya dengan Mars GMKI. Saya hadir sebagai Ketua Cabang GMKI Palu, memberikan penghormatan terakhir., Kata bapak , sebagai kader GMKI kita tidak akan pernah selesai sampai sang kepala gerakan memanggil kita pulang. Hari itu bapak selesai, kepala Gerakan memanggilnya pulang. Pengalaman ini membuat Saya memahami sepenuhnya mengapa GMKI adalah rumah, mengapa taruk yang tumbuh ini akan terus tumbuh kokoh, berakar kuat dalam nilai dan warisan yang telah disemaikan.
GMKI sebagai Pengalaman Iman, Bukan Sekadar Organisasi
Sering kali orang bertanya, “Apa sih GMKI itu?” Saya akan menjawab dengan kalimat sederhana: *masuklah dulu, temukan jawabannya sendiri.* Bergabung dengan GMKI bukan hanya tentang mendaftar menjadi anggota, tetapi tentang menemukan keluarga yang akan selalu menjadi tempat untuk kembali. Jika ditanya alasan mengapa bergabung dengan GMKI, saya mungkin hanya bisa menjawab, “Tidak tahu.” Karena jawaban yang sesungguhnya akan ditemukan dalam pengalaman di dalamnya. Di sini, kita menemukan patron, seseorang yang menginspirasi kita dan membuat kita berkata, “Suatu hari, saya ingin seperti dia.”
Banyak orang memiliki interpretasi berbeda tentang apa itu GMKI dan bagaimana seharusnya menjadi kadernya. Apakah GMKI sekadar jaringan, atau alat menuju jenjang karier? Bagi saya, GMKI adalah pengalaman iman. Di sini, saya menyaksikan dinamika yang tulus dan sederhana—berbagi makanan di Sekretariat Cabang meski seadanya, tertawa bersama, hingga kisah indah yang menyatukan senior dan junior dalam pelayanan bersama.
Namun, ketika GMKI memasuki ranah politik atau ambisi pribadi, saya sering kali bertanya, “Apakah niatnya masih untuk melayani?” Sebagaimana kata pendiri GMKI, Johanes Leimena, “Politik bukanlah alat untuk berkuasa, melainkan etika untuk melayani.” Nilai ini selalu tertanam dalam setiap langkah di GMKI—menjunjung tinggi pelayanan dan dedikasi. GMKI bukan sekadar wadah pengembangan diri, tetapi rumah untuk kembali, tempat kita belajar bersama, dan bagi sebagian orang yang beruntung, tempat untuk menemukan pasangan hidupnya. Di dalam GMKI, kita belajar ketulusan untuk melayani, tak sekadar memperluas jaringan.
Dinamika yang Mendewasakan
Menghadapi dinamika di GMKI adalah bagian dari proses pendewasaan diri. Mungkin banyak tantangan yang muncul, tetapi inilah yang membuat kita kuat. Saya pernah mengalami situasi di mana semangat diuji. Namun, dalam setiap ujian itu, saya teringat pada Roma 12:11: “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” Ayat ini menjadi pengingat bagi saya bahwa ketulusan dan semangat melayani adalah hal yang paling penting, bahkan dalam situasi sulit.
Masa Depan GMKI dan Misi yang Tak Berakhir
Sekarang, setelah menyelesaikan tugas sebagai Ketua Cabang, saya tetap berkomitmen untuk membawa semangat GMKI ke mana pun saya pergi. Pohon yang kokoh ini akan terus tumbuh, menebar kebermanfaatan bagi gereja, bangsa, dan sesama. GMKI akan selalu menjadi tempat yang penuh makna, sebuah “rumah” di mana kita dapat belajar, bertumbuh, dan melayani. Tugas kita sebagai kader adalah menjaga kemurnian dan ketulusan dalam setiap tindakan kita, melayani dengan sepenuh hati, serta menghormati warisan yang telah dititipkan oleh para pendahulu.
Warisan yang saya bawa dari Bapak bukan sekadar sejarah keluarga, tetapi panggilan untuk membawa GMKI ke arah yang lebih baik. Kelak, saya berharap dapat mengenakan gordon PP sebagai simbol bahwa perjalanan ini mencapai puncaknya. Dan saya yakin bahwa warisan ini akan terus hidup di GMKI, membawa kita semua untuk menjadi pohon yang kokoh dan memberi dampak bagi dunia.